KOTA SINGKAWANG, Kalimantan Barat, terkenal dengan julukan Kota Seribu Kuil. Tapi, tahukah Anda jika kota yang mayoritas dihuni etnis Tionghoa ini juga memiliki budaya kawin foto atau pengantin pesanan dari Singkawang. Budaya ini biasanya dialami para amoy, sebutan bagi wanita Tionghoa, yang menikah dengan pria asal Taiwan.
Inilah yang dilakoni tiga anak perempuan Chin Fui Ha. Berkat seorang perantara, ketiga putri Chin Fui kini berada di Taiwan. Prosesnya sangat singkat. Cukup berkenalan sehari, esoknya mereka berfoto dan perkawinan dianggap sah. Sebagai timbal balik, keluarga Chin Fui mendapatkan uang Rp 5 juta. Tak hanya itu, kepergian tiga anak mereka ke Taiwan membuat keluarga ini juga memperoleh uang tambahan Rp 1 juta setiap bulan.
Motif ekonomi ada di balik kawin foto. Chin Fui harus menanggung hidup sembilan anaknya. Tentu ini bukanlah perkara mudah. Apalagi, pekerjaan Chin Fui hanya membuka konveksi pakaian kertas untuk kebutuhan orang meninggal. Dari pekerjaan itu, dia paling banyak menerima Rp 20 ribu sehari. Sementara sembilan anaknya tak ada yang mengenyam pendidikan hingga tamat sekolah dasar.
Namun, tak semua kisah amoy Singkawang sukses. Setidaknya ini dialami dua anak perempuan Tung Shui Chin yang ditipu sang calo. Meski pernah ditipu, wanita dengan tujuh anak ini masih berharap ada orang Taiwan yang datang melamar anaknya. “Dia (kehidupannya) bisa baik. Makan ada, pakaian ada. Tidak pikir orang,” kata Tung Shui Chin.
Saat ini, hampir 30 ribu amoy di Taiwan. Mereka sudah tak peduli lagi pendidikan. Tercatat presentase anak sekolah tak tamat SD di Singkawang mencapai 35,91 persen. Sementara data Komisi Nasional Perlindungan Anak mencatat perdagangan manusia mencapai 12 ribu kasus.
“Sebagian besar mereka berangkat secara ilegal. Dengan pemalsuan dokumen, ancaman, jeratan utang, penipuan,” kata Rosita, aktivis dari Lembaga Bantuan Hukum Peka. (YNI/Anastasya Putri dan Erwin Arief)