Kemarau panjang yang sudah berlangsung setidaknya sejak pertengahan bulan Mei 2015, telah membawa banyak sekali penderitaan bagi masyarakat di Indonesia. “Suhu panas terik di siang hari, udara kering dan gersang, sungai yang diharapkan dapat mengairi lahan pertanian pun turut berkurang debit airnya, hingga yang paling terasa dampaknya adalah berkurangnya suplai air bersih akibat kekeringan massal yang terjadi di sumur-sumur air milik warga,” ujar Corporate Secretary PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Budi Satria.
Mengutip data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), hingga akhir Juli 2015 kekeringan telah melanda 16 provinsi yang meliputi 102 kabupaten atau kota dan 721 kecamatan di Indonesia. Menanggapi musibah tersebut, BRI melalui program BRI Peduli memberikan bantuan berupa air bersih.
Menurut Budi, beberapa wilayah di Indonesia mengalami krisis air yang cukup parah. “Banjarnegara, Gombong, Selong, Tambun, Rembang, Wonosari, Sragen dan Sumenep merupakan wilayah yang terkena dampak cukup parah akibat bencana kekeringan yang terjadi. Untuk mengatasi krisis air bersih tersebut, BRI telah mengirim + 70 tangki air dengan kapasitas 5.000 liter serta tendon air berkapasitas 5.000 liter, jadi total ada + 1.500 tangki air yang kami dropping ke desa-desa tersebut,” tutur Budi.
-
Dikatakannya, BRI akan terus merespon bencana kekeringan yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia, “Saat ini kami sudah menugaskan unit kerja yang di daerah untuk merespon bencana krisis air bersih dan kekeringan. Nantinya tim ini yang akan mobile untuk terus memantau dan merespon dengan mendistribusikan air bersih ke beberapa wilayah yang menjadi wilayah binaan atau supervisinya yang sedang mengalami kekeringan akut,” tambahnya.
Diharapkan, bantuan air bersih senilai hampir Rp. 350 juta ini dapat mengurangi beban warga dari dampak kemarau panjang, sehingga masyarakat terhindar dari krisis air bersih yang lebih parah lagi.
Budi juga mengemukakan pentingya solusi jangka panjang untuk krisis air bersih di musim kemarau. “Sejauh ini kegiatan droping air bersih menjadi solusi jitu untuk mengatasi krisis air, namun tidak untuk jangka panjang” ujar Budi. “Selain penyelamatan lingkungan, pembuatan sumur resapan juga mutlak diperlukan untuk meningkatkan pasokan air di masa depan,” lanjutnya.
Lebih lanjut Budi menambahkan, hingga pertengahan tahun 2015, BRI telah menyalurkan dana Bina Lingkungan sebesar Rp 53,5 milyar. ”Dengan rincian bantuan korban bencana alam Rp. 1,4 milyar, bantuan pendidikan dan pelatihan Rp. 13,0 milyar, peningkatan kesehatan Rp. 14,8 milyar, bantuan pengembangan prasarana dan atau sarana umum Rp. 9,4 milyar, sarana ibadah sebesar Rp. 4,4 milyar, pelestarian alam Rp. 408 juta dan bantuan pengentasan kemiskinan sebesar Rp. 8,0 milyar serta sisanya merupakan biaya operasional untuk melaksanakan kegiatan sosial tersebut,” papar Budi.